Penyiapan
Sarana dan Peralatan
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan
bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas,
ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk
peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m.
Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan.
Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model
sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat
atau pancing berjajar..
Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan
cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul,
mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.
Pemilihan Bibit Calon Induk
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara
komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang
besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing
tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat
pembuangan kotoran hewan.
Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi
beberapa cara:
Pemeliharaan
cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah
dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3
m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000
ekor cacing tanah dewasa.
Pemeliharaan dimulai dengan jumlah
kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak
lain.
Pemeliharaan kombinasi cara a dan
b.
Pemeliharaan khusus kokon sampai
anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain
Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
Sistem Pemuliabiakan
Apabila media pemeliharaan telah siap
dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan
dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus
dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa
bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit
cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit
cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang
berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila
dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran
di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang
baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian
diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam
atau cokelat tua).
Reproduksi, Perkawinan
Cacing tanah termasuk hewan
hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh.
Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari
perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang
berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar
kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21
hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4
ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam
waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang
ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10
hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
Pemeliharaan
Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam
sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1
Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing
tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai
sebagai media. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing
tanah, antara lain :
- pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.
- bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
- pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
- pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing
atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat
berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media
baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.
Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah:
kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah
pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih
dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak,
diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran
ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air
secukupnya supaya tetap basah.
HAMA
DAN PENYAKIT
Keberhasilan
beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh
cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang,
burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa,
lintah, kutu dan lain-lain. Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang
memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua
zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut
merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air
cukup.
PANEN
Dalam
beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan,
yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen
cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan
mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam.
Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di
bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan
medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada
saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang
dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam
jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk
dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.